Menjadi Pendoa Syafaat yang Baik
Oleh: Moses David Livingstone
Belajar dari Nehemia 1:1-11; 2:1-10, kita menemukan empat karakteristik pendoa syafaat yang baik, yaitu:
1. Seorang pendoa syafaat yang baik harus pro-aktif dalam mencari informasi doa yang jelas.
Informasi doa yang jelas itu penting sekali dalam berdoa syafaat. Hal ini penting agar kita dapat berdoa dengan baik, sungguh-sungguh dan sesuai dengan fakta. Saya pernah beberapa kali mengalami 'kecelakaan' dalam memimpin doa. Pernah suatu kali saya memimpin doa sebelum acara latihan koor dimulai. Saya berdoa untuk setiap kami yang menyanyi, untuk pianis dan juga untuk konduktor. Setelah selesai (amin), semua protes karena orang yang saya kira konduktor, ternyata bukan. Seharusnya orang lain yang jadi konduktor saat itu. Yah... saya pikir bagaimana untuk meralatnya? Apa saya harus berdoa lagi untuk meralat doa saya yang keliru, ya?
Hal itu memang hal kecil saja. Tetapi hal tersebut juga sangat mempengaruhi kesungguhan kita dalam berdoa. Jika informasi itu tidak jelas atau bahkan salah, apakah kita akan mengatakan kepada Tuhan, padahal itu bukan hal yang benar? Bagaimana halnya sikap Nehemia dalam hal ini? Nehemia adalah seorang Yahudi yang hidup di pembuangan. Pada tahun kedua puluh pemerintahan Artahsasta I (445 SM) Nehemia ini menduduki jabatan sebagai pejabat minuman raja.
Jabatan ini adalah jabatan yang tinggi, dan orang yang menduduki jabatan ini merupakan orang yang sangat dipercaya oleh raja. Sebab tugas mereka adalah mencoba minuman yang akan diminum oleh raja, apakah minuman itu beracun atau tidak. Jadi jabatan itu merupakan jabatan yang menentukan hidup matinya seorang raja. Dikisahkan dalam pasal 1:1-2, pada bulan Kislew tahun kedua puluh pemerintahan Artahsasta, salah seorang saudaranya, Hanani, datang dari Yehuda bersama-sama dengan beberapa orang saudara. Perhatikan di ayat 2, "... Aku menanyakan keadaan orang-orang Yahudi yang terluput, yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem." Saudara, Nehemia sendiri mengambil inisiatif untuk bertanya. Ini bukan pertanyaan basa-basi. Jika kita bandingkan dengan reaksi Nehemia dan tindak lanjutnya setelah mengetahui hal ini (ay. 4), maka saya dapat simpulkan bahwa pertanyaan Nehemia bukan pertanyaan basa-basi, tetapi dia memang rindu akan informasi yang benar tentang keadaan bangsanya untuk kemudian mendoakan.
Ia tidak menunggu informasi itu diberikan. Tetapi dia sendiri bersikap pro-aktif mencari informasi yang jelas itu. Memang ia tidak pergi sendiri ke Yerusalem, tetapi kepekaannya dapat melihat peluang akan sumber informasi yang akurat. Memperlihatkan bahwa dia begitu proaktif dan memandang perlunya informasi yang akurat untuk didoakan.
Dalam kehidupan kita, jika kita mau menjadi pendoa syafaat yang baik, kita harus pro-aktif dalam mencari dan mendapatkan informasi doa yang jelas. Jangan sekadar berdoa dengan informasi yang tidak jelas. Kita perlu kejelasan informasi tersebut. Jika kita berdoa untuk pergumulan seseorang, alangkah baiknya jika kita tahu tentang pergumulan orang itu. Dan ini haruslah menjadi kebiasaan kita, yaitu aktif untuk mencari informasi doa yang jelas. Jangan tunggu orang datang minta didoakan, tetapi cari informasi tentang pergumulan orang lain, apa yang dapat kita doakan baginya. Jika kita mau proaktif mencari informasi doa yang jelas, maka kita akan menjadi seorang pendoa syafaat yang baik. Sebab hal ini menunjukkan kesungguhan kita untuk berdoa.
2. Seorang pendoa syafaat yang baik memiliki empati terhadap orang yang didoakan.
Dalam ayat 3, Nehemia mendapatkan informasi dari saudara-saudaranya tentang keadaan orang-orang Yahudi yang lolos dari penawanan. Keadaan mereka sangat buruk, tercela. Mereka dalam kesukaran besar. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. Reaksi Nehemia setelah mendengar informasi itu (ay. 4): ia sedih sekali, ia menangis, ia berkabung selama beberapa hari, ia berpuasa dan berdoa.
Sungguh suatu reaksi yang sangat dramatis. Nehemia memiliki jabatan yang tinggi, namun ia peduli dan berempati kepada saudara-saudara sebangsanya dan terhadap bangsanya. Bukankah lebih enak jika ia tidak ikut campur dengan keadaan bangsanya. Bukankah lebih baik baginya jika ia hidup tenang dengan jabatannya saat itu? Untuk apa dia bersusah payah memikirkan bangsanya (bahkan jika kita lihat dalam pasal berikutnya, nyawanya sendiri harus dipertaruhkan). Tetapi Saudara, rasa ikut memiliki, ikut merasakan inilah yang mendorong Nehemia untuk berdoa dengan bersungguh-sungguh bagi bangsanya.
Ingatkah peristiwa Yesus memberi makan lima ribu orang? Yesus melihat orang banyak yang terus mengikuti Dia, meskipun Yesus pergi lewat danau. Mereka mengambil jalan darat. Melihat hal itu, Dia tergerak oleh belas kasihan. Yesus merasakan kerinduan mereka dan bahkan kelelahan dan kelaparan mereka. Dan hal ini, pada gilirannya mendorong Yesus untuk memberi mereka makan.
Rasa empati, rasa ikut memiliki, ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dapat mendorong seseorang untuk bertindak dengan kesungguhan dan ketulusan hati. Bagaimana halnya dengan kita? Apakah kita dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dalam berbagai permasalahan mereka? Mungkin mereka mengalami dukacita, dapatkah kita menyelami perasaan mereka? Mungkin mereka mengalami krisis dalam kehidupan rumah tangganya, dapatkan kita merasakan pergumulan mereka? Mungkin juga mereka sedang bergumul keras akan apa yang bisa mereka makan besok pagi, dapatkah kita merasakan pergumulan mereka? Masih ada begitu banyak macam pergumulan yang lain, Saudara, dapatkah kita ikut merasakannya? Mungkin ada saudara yang berkata, "Ah... yang penting kan saya sudah berdoa bagi mereka. Bukankah itu cukup?" Pertanyaan balik, "Apakah Anda dapat berdoa dengan kesungguhan hati jika Anda tidak merasakan apa sebenarnya yang dirasakan oleh orang yang kita doakan?"
Marilah kita belajar untuk berempati terhadap orang yang kita doakan. Dengan demikian kita dapat berdoa dengan sungguh-sungguh untuk mereka dan kita menjadi seorang pendoa syafaat yang baik.
3. Seorang pendoa syafaat yang baik memiliki konsep doa yang benar.
Mulai dari ayat 5-11 dicatat tentang doa Nehemia bagi pemulihan Israel. Jika kita melihat doa Nehemia tersebut kita melihat bahwa Nehemia memiliki konsep yang benar tentang doa. Rangkaian kata-kata doa Nehemia diawali dengan pujian bagi Tuhan (ay. 5). Setelah itu dilanjutkan dengan permohonan agar Tuhan mendengar doanya (ay. 6a).
Kemudian Nehemia mengaku dosa di hadapan Tuhan, dosa nenek moyangnya, dosa bangsanya dan dosanya sendiri (ay. 6b-7). Saudara, pengakuan dosa merupakan hal yang sangat penting dalam doa kita. Tuhan Yesus dalam doa Bapa Kami yang diajarkannya juga memasukkan hal pengakuan dosa dan pengampunan dosa. Bandingkan juga dengan Yakobus 5:16, "... hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya". Apakah di muka bumi ada orang benar? Tidak ada. Tetapi kita dibenarkan jika kita mengaku dosa kita (1 Yohanes 1:9).
Dalam doanya Nehemia memegang janji Tuhan (ay. 8-10). Segala permohonannya dilandaskan atas janji Tuhan dan dia tidak meminta yang berlebihan dari yang dijanjikan Tuhan. Di akhir doanya, Nehemia sekali lagi dengan segala kerendahan hatinya memohon kepada Tuhan untuk mengabulkan doanya. Namun dibalik kerendahan hatinya itu ada suatu keberanian untuk meminta karena dia terbuka di hadapan Tuhan (ay. 11).
Selain rangkaian doa Nehemia, hal lain yang memperlihatkan bahwa Nehemia memiliki konsep doa yang benar adalah bahwa dia berdoa dengan tak berkeputusan (ay. 4). Dan hal ini nampak pula pada pasal 2:1. Dicatat, "... Pada bulan Nisan tahun keduapuluh pemerintahan Artahsasta ..." Jika ayat ini dibandingkan dengan pasal 1:1 "... pada bulan Kislew ..." maka selang waktu yang ada dari informasi yang didapatkan (berarti juga waktu Nehemia berdoa) hingga peristiwa yang dicatat di pasal 2:1-8 yaitu sekitar 4 bulan. Dan saya yakin dalam waktu empat bulan itu Nehemia terus-menerus berdoa bagi bangsanya.
Bagaimana halnya dengan kita? Kita seringkali berdoa kepada Tuhan dengan konsep doa yang tidak benar. Kita seringkali datang pada Tuhan dengan membawa 'shopping list' yang panjang. Kemudian kita sodorkan pada Tuhan untuk dikabulkan. Kita seringkali seolah-olah menodong Tuhan, memaksa Tuhan untuk mengabulkan permintaan kita. Ini berarti bukan kehendak Tuhan yang jadi, melainkan kehendak kita yang jadi. Kita seringkali datang kepada Tuhan dengan dosa atau kesalahan yang tidak atau belum kita bereskan. Saudara, marilah pada hari ini kita belajar dari Nehemia untuk memiliki konsep doa yang benar.
4. Seorang pendoa syafaat yang baik siap untuk menjadi jawaban atas doanya sendiri jika Tuhan menghendaki.
Nehemia sungguh luar biasa. Dia tidak hanya berdoa bagi bangsanya, tetapi dia sendiri siap dipakai Tuhan untuk menjadi jawaban untuk doanya sendiri. Jika kita perhatikan pasal 2:2-10, kita melihat tindakan Nehemia bagi pemulihan bangsanya. Diawali ketika suatu hari Nehemia sedang murung pada saat bertugas dan ini dilihat oleh raja Artahsasta. dengan ketakutan Nehemia mengatakan apa alasan dia murung yaitu karena keadaan bangsanya. Sungguh tidak terduga jika kemudian Artahsasta bertanya "Jadi apa yang kau inginkan?"
Yang dilakukan oleh Nehemia saat itu adalah berdoa. Dalam doanya Nehemia mendapatkan satu keyakinan bahwa dia dipakai oleh Tuhan sebagai jawaban atas doanya sendiri (bandingkan juga dengan ayat 2:12b). Tuhan sendiri yang menaruh beban itu dalam hati Nehemia. Karena itu kemudian dia menjawab pertanyaan Artahsasta dengan mengajukan permintaan yang boleh dibilang sangat besar nilainya. Permintaan itu kecil kemungkinannya untuk dikabulkan. Namun ternyata permintaannya dikabulkan oleh Artahsasta karena tangan Allah yang murah menyertainya. Dan Nehemia sendiri bertindak mengatur restorasi Yerusalem...
Ini berarti setiap kita berdoa bagi orang lain, bagi kesulitan orang lain, kita harus siap menjadi jawaban atas doa kita sendiri manakala Tuhan menghendaki. Mungkin kita berdoa bagi penginjilan di pedalaman. Kita harus siap jika Tuhan menghendaki kita sendiri untuk pergi. Jika kita berdoa untuk orang yang kekurangan, kita harus siap jika Tuhan menghendaki kita sendiri sebagai saluran berkat bagi orang tersebut.
Menjadi pendoa syafaat merupakan satu bentuk pelayanan yang sangat penting dan besar artinya. Namun demikian, untuk menjadi pendoa syafaat yang baik bukan hal mudah. Hari ini kita telah belajar dari Nehemia untuk menjadi pendoa syafaat yang baik. Marilah kita ikuti teladan Nehemia. Kita dapat menjadi seperti Nehemia. Kita akan memiliki suatu relasi rohani yang indah dengan Tuhan dan sesama kita. *
Sumber: "Situs 5Roti2Ikan"/e-JEMMi 02/2003
0 comments:
Post a Comment