Tentang Doa (1)
Ayat Bacaan: Yakobus 5:13-19
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6)
Doa merupakan jantung dari orang Kristen. Ungkapan ini ingin menunjukkan betapa pentingnya sebuah doa yang dipanjatkan. Seluruh Alkitab menekankan doa sebagai hal yang sangat penting. Doa-doa para tokoh Alkitab yang ditulis dalam Kitab Suci menyatakan dua hal penting. Pertama, menunjukkan keterbatasan dan kebergantungan manusia kepada Allah Tritunggal. Hampir seluruh tokoh Alkitab berkonsep demikian. Di dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus dipercayai memiliki natur ilahi, namun Dia tetap berdoa kepada Allah Bapa (bnd. Mrk. 1:35; 6:46; 14:32, 35; Luk. 3:21; 6:12, dan lain sebagainya).
Kedua, menunjukkan bahwa Allah sungguh berdaulat dan berkuasa penuh atas segala ciptaan. Tidak ada yang tidak diketahui dan dapat terjadi di luar pengetahuan dan juga kehendak-Nya. Tuhan telah mengatur segala sesuatu untuk umat-Nya, sesuai dengan rencana kekal-Nya. Kedua hal di atas merupakan alasan dasar mengapa seseorang harus berdoa.
Di samping itu, doa-doa di dalam Alkitab juga menyatakan dua unsur yang harus diperhatikan: pertama, unsur doa itu bersifat “keharusan.” Mengapa? Karena hal ini sangat berkaitan dengan keterbatasan dan kebergantungan manusia kepada Allah Tritunggal. Kalau manusia terbatas, maka seharusnya manusia bergantung terus kepada Allah Tritunggal. Kebergantungan manusia kepada Allah Tritunggal dinyatakan di dalam doa dan permohonan.
Kedua, unsur doa bersifat tetap. Maksudnya, apa yang telah didoakan manusia (menaikkan permohonan) tidak akan merubah rencana dan ketetapan Allah Tritunggal terhadap orang tersebut. Apa yang kita doakan, semuanya telah diatur oleh Tuhan dan dijawab oleh Dia sesuai kehendak-Nya, bukan lagi kehendak manusia. Namun sayangnya, orang Kristen zaman ini tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa kepada Allah menurut kehendak-Nya.
Doa yang benar, tidak didasarkan kepada kebutuhan manusia, melainkan kepada kehendak dan kedaulatan Allah yang mengatur segala sesuatu.
Sumber: "Perspektif" (Mei 2006)
0 comments:
Post a Comment