Pola Doa Tuhan Yesus
Oleh: Haddon Robinson
Saya mengagumi orang-orang yang menempatkan doa sebagai prioritas utama di dalam hidup mereka. Secara jujur saya katakan, doa sudah terbukti merupakan suatu hal yang menuntut disiplin yang paling tinggi di dalam hidup saya. Kadang-kadang saya merasakan doa merupakan hal yang memberatkan, membosankan, mengecewakan, dan membingungkan. Selama bertahun-tahun kehidupan doa saya naik turun. Saya memang pernah beberapa kali berhasil menggenggamnya, namun ternyata tak mampu untuk tetap bertahan. Lewat pengalaman, saya belajar bahwa doa bukan hanya sekadar 'kata-kata' saja. Doa yang sungguh-sungguh itu merupakan hal yang sukar dan berat.
Tidak mudah bagi saya untuk mengakui pergumulan doa yang saya alami di dalam hidup saya. Dalam hidup Yesus, doa adalah pekerjaan, dan pelayanan adalah pahala. Bagi saya, doa adalah persiapan untuk perang, tetapi bagi Yesus, doa adalah peperangan itu sendiri. Setelah berdoa, Ia pergi melayani seperti seorang murid teladan yang pergi menerima penghargaan, atau seperti seorang pelari maraton yang telah menyelesaikan pertandingannya dan sedang menantikan medali emasnya.
Di manakah Yesus meneteskan keringat-Nya yang seperti tetesan darah? Bukan di Ruang Sidang Pilatus, bukan pula dalam perjalanan-Nya ke Golgota, tetapi di Taman Getsemani. Di sanalah Dia "mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut" (Ibrani 5:7). Jika saya ada di sana menyaksikan hal tersebut, saya pasti sangat kuatir akan hari esok. "Jika Tuhan begitu hancur hati-Nya ketika Dia sedang berdoa untuk krisis yang akan Dia hadapi", saya mungkin akan berkata, "apa yang akan Dia lakukan bila krisis itu benar-benar menimpa-Nya? Mengapa Dia tidak bisa menghadapi cobaan ini dengan perasaan tenang seperti yang dilakukan oleh ketiga murid-Nya yang tertidur itu?" Akan tetapi, sewaktu ujian yang sebenarnya tiba, Yesus dengan berani berjalan menuju salib, sementara ketiga murid-Nya itu lari entah ke mana.
Dalam Lukas 11, setelah Yesus meluangkan waktu untuk berdoa, salah seorang murid-Nya bertanya kepada-Nya, 'Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." Ada dua hal penting yang perlu kita perhatikan di sini. Pertama, salah satu bagian dari 'kurikulum' Yohanes Pembaptis dalam membina muridnya adalah dengan mengajarkan pelajaran berdoa. Kedua, para murid meminta kepada Yesus untuk memberikan pelajaran berdoa. Mereka sudah bersama-Nya selama lebih dari 2 tahun. Mereka selalu duduk di barisan depan saat la mengajar dan berkhotbah. Mereka menyaksikan mujizat yang la perbuat. Namun, sejauh yang kita ketahui, mereka tidak pernah berkata, "Tuhan, ajarkan kami berkhotbah," atau 'Tuhan, tunjukkan kami cara melayani". Mereka datang kepada-Nya dan meminta, "Ajarkanlah kami berdoa."
Kita biasanya meminta yang terbaik dari seorang pakar. Jika kita bersama dengan seorang bankir yang sukses, kita meminta, "Ajarkan kami cara berinvestasi". Dari seorang profesor yang brilian, kita mendesak, "Ajarkan kami cara melakukan riset". Saat bertemu pemain golf profesional, kita berkata, "Ajarkan kami cara memukul bola ini". Murid Yesus memohon, "Ajarkan kami berdoa."
Karena doa sangatlah penting bagi pelayanan-Nya. Yesus ingin agar para murid pun memiliki sikap yang sama, jadi la pun mengajarkan mereka doa yang sekarang kita kenal sebagai "Doa Bapa Kami". Sebenarnya penamaan ini kurang tepat, karena Tuhan Yesus sendiri tidak mungkin menaikkan doa semacam ini. Sebagai Anak Allah yang tak berdosa. la tak mungkin ikut berdoa, "Ampunilah kami akan kesalahan kami". Mungkin doa ini sebaiknya disebut "Doa Para Murid", karena lebih mengena pada kita. "Doa Bapa kami" yang diajarkan Tuhan Yesus ini merupakan penuntun bagi kita di dalam berdoa sama seperti kerangka khotbah bagi seorang pendeta, atau seperti cetak biru bagi seorang kontraktor. "Doa Bapa Kami" ini menjadi pedoman kita untuk berdoa.
Kerangka doa yang diberikan kepada kita oleh Injil Lukas dimulai dengan panggilan kepada Allah: "Bapa". Doa ini memiliki dua bagian utama. Yang pertama, kita berbicara tentang Bapa sebagai Pribadi, rencana, dan tujuan-Nya: "Dikuduskanlah nama-Mu", "Datanglah Kerajaan-Mu", "Jadilah Kehendak-Mu". Kemudian kita berbicara kepada Bapa sehubungan dengan keluarga-Nya — kebutuhan setiap anak-Nya akan makanan, pengampunan, dan perlindungan: "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya", "Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami," dan "Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan".
Sementara saya masih mempunyai pelajaran-pelajaran yang harus saya ambil di "sekolah doa", model doa Yesus ini sudah menjadi kehidupan doa saya. Tentu saja Anda pantas mendapat nilai yang tinggi untuk mata pelajaran ini. Akan tetapi jika Anda belum memperolehnya, Anda bisa mencoba menggunakan beberapa petunjuk yang dapat mengajarkan Anda berdoa.
Sumber: "What Jesus Said About Successful Living"/RBC Ministries
2 comments:
doa yang diajarkan Yesus ini memang luar biasa. terima kasih. gbu.
semoga pola doa yang Yesus ajarkan ini menjadi berkat bagi kita semua...
Post a Comment