Kebesaran Allah: "Kerajaan, Kuasa, dan Kemuliaan"

Doa Bapa Kami yang sering kita naikkan ditutup dengan satu pujian yang membahana: "Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin." Karena kata-kata ini terlihat wajar sekali untuk menutup doa, sampai kadang kita tidak sadar bahwa perkataan ini sebenarnya tidak muncul dalam manuskrip paling awal yaitu Injil Matius maupun Lukas. Jelaslah bahwa pujian ini bukan merupakan bagian dari doa yang dulunya diajarkan Yesus. Pada kenyataannya kalimat ini baru muncul pertama kali pada abad kedua dan ketiga.

Sebuah doa harus ada konklusinya. Jika tidak, berarti doa ini hanya terbatas pada pernyataan akan bahaya godaan, bahwa sijahat sedang menyiapkan perangkap bagi kita. Saat orang Kristen dari gereja mula-mula memanjatkan doa ini kepada Bapa, mereka menambahkan pujian ini, daripada mengakhirinya dengan nada yang dingin dan menakutkan.

Pujian ini memiliki dasar Alkitabiah yang cukup kuat walaupun tidak secara langsung diberikan oleh Yesus. Setelah Raja Daud mengumpulkan bahan-bahan untuk membangun Bait Allah, ia berseru, "Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan; ....punya-Mulah kerajaan" (1 Tawarikh 29:11). Gema dari pujian ini terus bergaung hingga pada akhir zaman dalam lagu yang dinaikkan oleh keempat makhluk, "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!" (Wahyu 5:13). Penegasan ini cocok untuk ditempatkan sebagai penutup doa ini: "Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin" (Matius 6:13).

Tetapi apakah hal ini benar? Benarkan kerajaan itu milik Allah? Tidak demikian menurut surat kabar. Bagi mereka ibukota kerajaan bisa saja di Washington, atau London, atau Moskow, tetapi bukan sorga. Punya Dia-kah kuasa? Tidak demikian menurut Rabi Harold Kushner, yang dalam bukunya When Bad Things Happen To Good People berkata bahwa walaupun Allah itu kasih, ada beberapa hal jahat yang berada di luar kendali-Nya. Milik Dia-kah kemuliaan? Tidak demikian halnya menurut para pembangun pencakar langit dan para ilmuwan yang menyanyi, "Kemuliaan bagi manusia di bumi yang memiliki bangunan yang paling tinggi."

Pujian "Datanglah kerajaan-Mu" bukanlah sekadar asumsi yang perlu kita terima supaya kita mengucapkannya di dalam doa kita, tetapi lebih merupakan suatu keyakinan di mana bila kita mengucapkannya berulang-ulang akan membawa kita dekat kepada kerajaan Allah. Saat kerajaan Allah, dan kemuliaan nama-Nya mendapatkan tempat terutama dalam hidup kita, maka uang dan hal-hal lain tidak lagi membuat kita cemas dan bersusah hati. Kemudian, pada saat kita meminta makanan sehari-hari, kita akan menyadari bahwa di balik perut yang kenyang kadang hati kita kosong. Lewat doa ini kita belajar bahwa Allah memang benar-benar mengampuni dosa kita—bukannya menutup mata atas segala ketidaktaatan kita—dan memberikan kita kuasa untuk mengampuni orang lain dan menjauhkan kita dari perangkap Iblis. Dalam kehidupan doa kita menemukan seorang Bapa yang kaya, murah hati dan tidak ada bandingnya: Bagi Dia-lah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan.

Kita tidak hanya memuji Tuhan sewaktu kita melihat Ia menjawab doa, tetapi kita juga meninggikan Dia, karena saat berdoa, kita melihat sekilas dengan iman apa yang pada akhirnya akan Dia selesaikan. Segala doa kita dinaikkan dalam pemahaman akan kekekalan. Dalam jangka panjang, kita sadar bahwa walaupun banyak orang berdosa yang melawan hukum Kristus, kerajaan-Nya bagaikan matahari yang menantikan tersibaknya awan dan kegelapan. Dari sudut pandang kekekalan, walaupun Sang Maha Kasih yang terbaring di palungan dan terpaku di salib nampak begitu rapuh, sebenarnya di dalam hal itu kita melihat kuasa yang tiada akhir serta kemenangan akhir yang gemilang. Para raja dan presiden tak lebih daripada sekadar parade yang akan segera berlalu. Kerajaan di masa lalu hanyalah pelajaran sejarah masa kita dan penggalian arkeologis pada masa depan.

Di balik reruntuhan kerajaan kecil umat manusia ini bersinarlah kemuliaan Tuhan. Saat kita berdoa sebagaimana mestinya, kita menegaskan keagungan Tuhan, membahanakan kuasa-Nya, dan lewat jawaban doa kita, menampakkan kemuliaan-Nya. *


By Haddon Robinson
Sumber: "What Jesus Said About Successful Living"/RBC Ministries

0 comments:

Komentar Terbaru

Artikel Terbaru

Powered By Blogger
Cari di pendoa.blogspot.com...

About this blog

Blog ini dibuat dengan tujuan untuk membagikan berkat firman Tuhan yang diperoleh kepada saudara seiman yang membutuhkan agar dapat saling membangun sebagai satu tubuh dalam Kristus. Materi diambil dari berbagai sumber seperti buku, milis, buletin, traktat, dan berbagai media lain. Hak cipta setiap tulisan ada pada masing-masing penulis, pembuat atau penerbit seperti yang tercantum pada setiap akhir tulisan (kecuali yang tidak diketahui sumbernya). Isi blog ini bersifat non-denominasi dan tidak condong/tidak memihak kepada kelompok denominasi tertentu. Apabila di dalamnya terdapat materi/tulisan yang tidak cocok/ tidak sesuai dengan pendapat/pemahaman Anda, mohon tetaplah menghargai hal itu dan silakan memberi tanggapan secara sopan dan tidak menghakimi. God bless you...

  © 2008 Blogger template by Ourblogtemplates.com

Back to TOP