Perlindungan Allah: "Janganlah Membawa Kami ke Dalam Pencobaan"
Seorang wanita muda di sebuah shopping mall mengenakan kaos yang bertuliskan, "Janganlah membawa saya ke dalam pencobaan—saya bisa menemukannya sendiri." Ia ingin orang lain yang melihatnya tersenyum, namun kalimat di bajunya itu menimbulkan satu pertanyaan. Apa yang sebenarnya kita doakan saat kita berkata, "Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan?"
Mengapa kita perlu meminta Allah agar tidak membawa kita kepada pencobaan? Bukankah lebih masuk akal bila kita mendoakan agar kita dijauhkan dari pencobaan? Profesor D.A. Carson menjelaskan bahwa Yesus sedang memakai suatu gaya bahasa yang disebut litotes, di mana kita mengekspresikan suatu hal positif dengan membuat pernyataan yang bertentangan. Sebagai contoh, jika saya berkata, "Hal ini bukan perkara kecil," kalau begitu pasti berarti perkara besar. Saat kita berdoa, "Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan", sebenarnya berarti "Jauhkan kiranya aku dari pencobaan". Kita meminta, "Jangan biarkan Setan menyerang kita. Jangan biarkan musuh kita menjerat diri kita." Kita sedang menyatakan bahwa Tuhan mempunyai kuasa untuk memimpin kita menghindari segala godaan yang menghadang kita; dan kita meminta, "Jika kesempatan untuk berdosa muncul, bantulah agar saya tidak memiliki hasrat untuk melakukannya. Jika godaan itu muncul dari dalam diri saya, bantulah agar tidak tersedia kesempatan untuk melakukannya."
Jujur saja. Jarang sekali kita mau dijauhkan dari pencobaan—terlalu menyenangkan untuk dilewatkan. Beberapa orang bahkan berkelakar dengan berkata, "Jangan menolak pencobaan, karena mungkin ia akan pergi dan tak pernah kembali lagi." Pencobaan menggetarkan jiwa dan meliarkan imajinasi. Jika kita terpicu olehnya maka hal itu tidak lagi menjadi sekadar godaan. Kadang-kadang kita bisa melihat ke mana pencobaan ini akan membawa kita dan kita pun menjerit meminta tolong. Walaupun demikian, seringkali godaan itu kelihatan tidak berbahaya, jadi kita pun bermain-main dengannya bahkan mengundangnya masuk ke dalam kehidupan kita. Sewaktu kita mendoakan dosa kita, sebenarnya kita bukannya minta agar pencobaan itu yang dijauhkan dari kita, tetapi kita minta agar Tuhan menjauhkan kita dari akibat dosa yang telah kita perbuat.
Walaupun demikian, dalam konteks doa ini, kita tidak hanya sekadar meminta Tuhan agar mencegah kita menjadi anak-anak yang nakal. Pekerjaan Iblis memiliki efek yang lebih buruk daripada itu. Kita dikelilingi oleh godaan untuk hidup di luar Tuhan. Dalam mengejar ambisi dan kesuksesan, kita digoda untuk meninggikan diri kita sendiri, membangun kerajaan kita sendiri, menerima penghargaan atas usaha kita dan menolak kenyataan bahwa kita membutuhkan anugerah pengampunan. Musuh kita ingin agar kita berpaling dari Tuhan. Hanya Tuhan sajalah yang mampu membuat kita melihat dosa sebagaimana adanya. Jika pencobaan datang dengan rantai untuk mengikat kita, mungkin kita akan menolaknya. Akan tetapi pencobaan seringkali datang dengan dibalur bunga dan parfum, menawarkan kegembiraan hidup, kesenangan dan kepuasan. Pencobaan menyogok kita dengan kekayaan dan popularitas; memikat kita dengan janji manis akan kemakmuran dan kebebasan tanpa batas. Hanya Tuhan sajalah yang mampu melepaskan kita dari godaannya.
Doa Bapa Kami mengingatkan kita untuk berhati-hati dengan strategi Setan. Bertahun-tahun yang lalu, Helmut Thielicke menyinggung tentang pasca perang Jerman, "Ada figur yang gelap dan misterius yang sedang bekerja. Di balik setiap godaan ada sang penggoda, di balik setiap kebohongan terdapat sang pembohong, di balik setiap kematian dan pertumpahan darah ada sang 'pembunuh manusia sejak semula.'"
Jadi saat kita berdoa, "Lepaskanlah kami dari pada yang jahat," kita mengakui kekuatan Setan, kelemahan kita, dan kebutuhan kita akan kuasa dari Tuhan.
By Haddon Robinson
Sumber: "What Jesus Said About Successful Living"/RBC Ministries
0 comments:
Post a Comment