Empat Bahasa Doa (2)
Ayat Bacaan: 1 Timotius 2:1-2
"Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.” (Kolose 4:2)
Doa adalah bahasa penyembahan dan pujian kepada Tuhan, juga sebagai bahasa pengakuan dosa kita di hadapan Tuhan. Selain itu, doa juga memiliki manfaat yang lainnya.
Ketiga, doa sebagai bahasa kasih. Ini berarti melalui kehidupan doa pribadi, kita dapat menyatakan kasih kita kepada orang lain dengan mendoakan mereka. Apakah dalam kehidupan doa kita, kita hanya berdoa untuk diri sendiri? Ini namanya egoisme rohani. Paulus mengajarkan kepada jemaat di Efesus agar mereka juga mendoakan pemerintah dan orang lain (1Tim. 2:1-2), bahkan Paulus berdoa agar bangsanya diselamatkan (Rm. 10:1). Begitu banyak hal yang dapat kita doakan bila kita mau mengingat sejenak: orangtua kita yang belum percaya, hamba Tuhan di gereja kita, pelayanan gereja, teman-teman yang dalam pergumulan hidup, sakit-penyakit, dan sebagainya. Alkitab mengajarkan kita agar tidak menjadi orang Kristen yang egois, sebab doa adalah bahasa kasih kepada orang lain.
Keempat, doa sebagai bahasa kebergantungan. Mungkin inilah yang paling sering kita doakan. Kita memohon sesuatu kepada Tuhan sebagai rasa kebergantungan kita, baik dalam hal jasmani maupun rohani. Hal ini tidak salah, sebab Paulus dan Tuhan Yesus pun berdoa untuk pergumulan pribadi mereka. Doa apa yang paling sering kita panjatkan kepada Tuhan? Apakah kita hanya berdoa untuk masalah materi atau pekerjaan saja, ataukah kita berdoa agar kita semakin dekat dengan Tuhan?
Dari empat bahasa doa yang kita renungkan dua hari ini, manakah yang paling sering kita pakai dalam doa kita? Mungkin secara tidak sadar hidup doa kita dipenuhi 1001 macam permintaan untuk diri kita sendiri. Kita bahkan lupa memuji Tuhan dalam doa kita, atau mengakui dosa kita, apalagi mendoakan orang lain. Mari kita seimbangkan bahasa doa kita dengan 4 bahasa doa ini.
Berdoa syafaat untuk kepentingan orang lain adalah salah satu perwujudan realita kehidupan orang percaya sebagai tubuh Kristus yang saling peduli.
Sumber: Perspektif (10/05/05)
0 comments:
Post a Comment