Iman Seorang Anak
George Washington Carver (1864-1943)
Seorang anak laki-laki berumur hampir 6 tahun, terbaring di tempat tidurnya sambil memimpikan ia memiliki sebuah pisau saku. Ia ingin mengukir kayu. Ia membayangkan dirinya meraut sepasang tongkat untuk seorang kawannya yang timpang supaya kawannya itu dapat bermain dengan anak-anak yang lain.
Saat itu adalah masa-masa sulit di pedalaman Amerika bagian selatan. Sambil berbaring di atas sebuah tempat tidur kecil di dalam kabin berkamar satu yang terletak di tengah hutan, anak laki-laki itu menyadari bahwa mimpinya itu tidak mungkin terwujud. Namun ia teringat pada Bapa yang dapat memberikan pisau yang sangat ia butuhkan. Lalu ia berdoa dan memohon agar Bapa mengabulkan keinginannnya itu. Malam itu ia bermimpi melihat semangka yang telah dimakan sebagian tergeletak di pangkal beberapa batang tanaman jagung. Pada buah semangka itu tertancap apa yang telah ia minta dalam doa: sebuah pisau saku bergagang hitam.
Begitu hari mulai terang, anak laki-laki itu berlari melintasi pagar-pagar dan ladang-ladang mencari tempat yang dilihatnya dalam mimpinya. Ketika ia tiba di tujuan, ia melihat batang-batang tanaman jagung, semangka, dan pisau bergagang hitam itu persis seperti dalam mimpinya. Anak itu tidak berpikir bahwa apa yang dilihatnya adalah hal yang aneh atau luar biasa. Bapanya telah menjawab doanya. Sepanjang hidupnya, tampaknya berbicara kepada Tuhan dan memohon kebijaksanaan, pertolongan dan bimbingan merupakan hal yang biasa dalam hidupnya.
Anak laki-laki itu, George Washington Carver yang kemudian tumbuh menjadi seorang ahli kimia pertanian yang luar biasa di mana karya-karyanya berhasil membawa perubahan di dunia ini. Tetapi Carver memandang prestasi yang telah dicapainya sama seperti ia memandang pisau saku bergagang hitam itu: yaitu dengan rasa syukur yang rendah hati di hadapan Allah. melalui sebilah pisau saku bergagang hitam, seorang anak telah menyaksikan doa yang dijawab dan terlebih lagi: Carver belajar untuk berjalan dan berbicara dengan Allah.
George Washington Carver hidup pada tahun 1864 sampai 1943. Ia dilahirkan sebagai budak dan setelah kedua orang tuanya terbunuh, ia dibesarkan oleh majikannya. Beberapa tahun setelah Emancipation Proclamation (Deklarasi Pembebasan Budak) ditandatangani, George yang saat itu berumur sepuluh atau dua belas tahun, meninggalkan rumah untuk menuntut ilmu. Imannya juga meliputi keyakinannya akan kuasa doa.
Carver lulus dari sekolah menengah atas pada tahun 1885. Dari sana ia melanjutkan studinya untuk memperoleh gelar sarjana muda dalam bidang pertanian pada tahun 1897 dan kemudian gelar master pada tahun 1896 dari Iowa State Agricultural College. Ia adalah orang berkulit hitam pertama yang lulus dari universitas tersebut dan sekaligus bekerja sebagai dosen di fakultasnya. Berikutnya ia kemudian menerima undangan untuk mengepalai Departemen Pertanian di Tuskegee Insitute di Alabama dan ia pun pindah ke sana.
Di tengah-tangah tanah pertanian yang tandus di daerah selatan yang hancur karena para petani hanya menanam satu jenis tanaman saja, yaitu kapas. Carver menganjurkan mereka untuk menanam kacang tanah dan ubi manis. Ia mendapati bahwa kedua jenis tanaman itu bukan hanya cocok untuk ditanam di tanah yang tandus, tetapi juga kedua jenis tanaman itu mengembalikan kesuburan tanah.
Para petani berhasil dengan sukses karena menanam kedua jenis tanaman tersebut, sehingga pasar tidak dapat menampung hasil panen mereka. Seperti biasa, Carver membawa masalah itu kepada Tuhan. Ia mengaku bahwa Allah menunjukkan agar ia lebih memfokuskan diri pada kacang tanah. Setelah melakukan serangkaian penelitian di laboratoriumnya, akhirnya George mengembangkan 300 produk derivatif (turunan) dari kacang tanah, dan dengan menggunakan metode yang sama ia mengembangkan 18 produk derivatif.
Di antara produk-produk tersebut terdapat plastik, minyak yang digunakan dalam pengobatan, tinta, bahan pewarna, ‘kopi’ instan, linoleum, kosmetik, tepung, keju, susu bubuk, zat pewarna kayu, karet sintetis, cuka, sirup gula, lem untuk perangko, pupuk, dan banyak lagi yang lain.
George Washington Carver mengaku bahwa sebelum ia melakukan eksperimen, ia akan menghadap Allah dan memohon petunjuk-Nya. Ia berkata, “Penemuan-penemuan saya seperti wahyu ilahi dari Allah. Gagasan dan metode bagaimana memperoleh produk baru muncul begitu saja.”
Sebagai hasil dari penelitian Carver, pertanian dan ekonomi wilayah Amerika bagian selatan pun membaik, Sebelumnya, kacang tanah tidak pernah dianggap sebagai tanaman perkebunan. Sekitar tahun 1940-an, kacang tanah adalah tanaman kedua terbesar yang memberikan kontribusi bagi wilayah selatan.
Daftar prestasi yang diraih Carver selama hidupnya terus berlanjut. Ia terkenal di seluruh dunia. Pemerintah-pemerintah negara lain meminta nasihat darinya. Henry Ford bekerja sama dengannya, Presiden Calvin Coolidge dan Franklin D. Roosevelt sendiri datang untuk menemuinya. Ia dianugerahi banyak penghargaan bergengsi. Thomas A. Edison, di antara banyak orang lain, menawarkan uang sebesar lebih dari $100.000 per tahun asalkan ia mau bekerja sama dengan Edison. Carver menolaknya dan tidak pernah meninggalkan Tuskegee Institute karena ia merasa bahwa Allah menginginkan dia tetap berada di sana.
Pada tahun 1944 Kongres memberlakukan peraturan yang menetapkan tanggal 5 Januari sebagai Hari George Washington Carver. Pada tahun 1953 mereka meresmikan sebuah Monumen Nasional untuk menghormatinya di lokasi pertanian tempat ia dibesarkan, tempat di mana ia untuk pertama kalinya belajar untuk berbicara dan mempercayai Bapanya dengan meminta sebuah pisau saku.
George Washington Carver dalam salah satu pidatonya mengatakan, “Hubungan pribadi dengan Sang Pencipta segala sesuatu adalah satu-satunya landasan bagi hidup yang berkelimpahan. Berjalan dan berbicaralah dengan Allah dan izinkan Ia menunjukkan jalanmu. Sebagian orang tidak pernah benar-benar merasakan kehidupan karena mereka terpaku pada diri mereka sendiri... Anda harus senantiasa terhubung dengan Sang Pencipta jika Anda ingin ditinggikan mengatasi hal-hal sepele dalam hidup ini.” *
Sumber: "Teaching Your Child How To Pray"/Rick Osborne
0 comments:
Post a Comment