Doa Spesifik Nehemia

Ada saat-saat di mana Allah menuntun para penulis tulisan-tulisan rohani dalam menuangkan konsep-konsep tertentu secara rinci seirama dengan usaha Allah mencapai tujuan-tujuan tertentu. Kita memiliki ilustrasi secara grafis dari proses tersebut dalam doa-doa Nehemia. Pada awalnya kita membaca dalam bentuk satu pernyataan yang sederhana bahwa Nehemia sedang "berdoa" (Neh. 1:4) mengenai situasi yang tidak menyenangkan di Yerusalem. Tujuh ayat berikutnya—dalam ayat-ayat akhir Pasal 1—kita diberitahu tentang cara bagaimana Nehemia berdoa dan apa yang didoakannya. Berkaitan dengan proses tersebut, terdapat satu kemungkinan dan pengajaran paling menakjubkan yang dapat kita peroleh mengenai kehidupan Nehemia.

Dia mengakui kebesaran Tuhan
Nehemia menghadapi suatu situasi yang diketahuinya dengan benar bahwa dia tidak akan dapat memecahkan berdasarkan kemampuannya sendiri. Dari sudut pandang manusia, hal itu benar-benar merupakan sesuatu yang "mustahil". Namun, Nehemia juga mengetahui bahwa Allah itu tidak dapat dibatasi oleh sifat-sifat manusia. Bersama Dia, semua hal adalah "mungkin" karena Dia adalah Allah. Nehemia memulai doanya dengan mengakui adanya kenyataan itu, "Ya Tuhan, Allah semesta langit, Allah yang Maha Besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya." (Neh. 1:5)

Bersamaan dengan pernyataan itu, Nehemia mampu mengenali kebesaran Allah yang tak terbatas—kekuatan-Nya, kemampuan-Nya untuk mengetahui semua perkara, keberadaan-Nya di semua tempat pada saat yang sama dan keMahakuasaan-Nya. Nehemia juga mengakui bahwa Allah itu tidak pemah melupakan janji-janji-Nya. Hal itu terbukti dengan adanya kenyataan-kenyataan menyebut nama-Nya dengan nama "Yahweh"—sebutan yang digunakan oleh anak-anak Israel bagi Allah pada saat mereka mengkaitkannya dengan perjanjian mengenai hubungan antara mereka dengan Allah yang dibuat oleh Allah sendiri. Pernyataan Nehemia selanjutnya kepada Yahweh memperlihatkan sesuatu yang bersifat khusus mengenai mengapa Nehemia menggunakan sebutan itu untuk Allah.

Dia mengingatkan Allah kembali tentang janji-Nya kepada Israel
"Ya, Tuhan, Allah semesta langit, Allah yang Maha Besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintahNya," (Neh. 1:5). Dalam beberapa ayat selanjutnya, Nehemia telah lebih bersifat mengingatkan Allah kembali terhadap janji-janji-Nya kepada bangsa Israel: "Ingatlah akan firman yang Kau pesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kuceraiberaikan di antara bangsa-bangsa. Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-Ku serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buangan-Mu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana." (Neh. 1:8,9)

Mungkin nampak agak aneh kalau Nehemia berani mengingatkan Allah yang serba tahu tentang janji-janji-Nya. Apakah Allah dapat lupa? Tentu saja tidak. Allah adalah Allah dan serba mengetahui. Tetapi sikap Nehemia tersebut justru menyenangkan Allah dengan mendengar anak-Nya yang setia telah berani mengulang kembali janji-Nya di hadapan kehadiran-Nya. Sikap ini memberikan indikasi secara pasti bahwa tidak semua dari orang-orang pilihan-Nya telah melupakan kehendak dan jalan-Nya.

Ingatlah, tidak mengikuti perintah Allah adalah sama dengan meninggalkan Allah. Dan inilah yang telah terjadi terhadap hampir kebanyakan orang-orang di Israel. Keadaan ini, tentu saja, memberikan penjelasan dari mengapa doa Nehemia selanjutnya terkait dangan dosa bangsa Israel.

Dia mengakui dosa bangsa Israel
"Kita telah berdosa terhadap Tuhan," Nehemiah berdoa. "berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami, orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa. Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti perintah-perintah, ketetapan-ketetapan, peraturan-peraturan yang telah Kau perintahkan kepada Musa, hamba-Mu itu."

Perhatikanlah sendiri doa itu. Sesungguhnya, Nehemia telah bersikap spesifik, "Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa." (Neh. 1:6). Seperti Daniel juga merasa memikul tanggung jawab untuk ketidakpatuhan bangsa Israel (lihat Dan. 9:4-6). Meskipun kedua-duanya, Daniel dan Nehemia tidak diragukan lagi adalah tetap dibenarkan oleh Allah selama mereka berada dalam tahanan—setidak-tidaknya demikianlah yang terjadi apabila dibandingkan dengan banyak orang Israel lainnya—mereka tidak melarikan diri dari keterlibatan kesalahan Israel sebagai satu bangsa. Secara konsekwen, mereka mengakui dosa orang-orang Israel—termasuk mereka sendiri.

Tetapi Nehemia juga mengingatkan Allah bahwa beberapa orang di Israel (termasuk dirinya sendiri) tetap mengakui siapa Allah itu dan tetap berkeinginan untuk mematuhi-Nya karena mereka tidak menyembah Allah yang palsu. Karena itulah dia berdoa, "Ya Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini." (Nehemia 1:11). Dan pada titik ini, Nehemia mengajukan permintaannya secara amat spesifik.

Dia mohon kepada Allah untuk suatu pertolongan pribadi
Secara kemanusiaan, hanya ada satu individu yang akan mampu membuat Nehemia memiliki kemungkinan untuk menolong bangsa Yahudi di Yerusalem — yaitu raja yang dilayaninya. Karena itulah, Nehemia berdoa secara amat spesifik, "Biarlah hamba-Mu berbasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini." (Neh. 1:11) (yaitu raja Arthasasta).

Permintaan spesifik Nehemia, sekali lagi, memperlihatkan karakter Nehemia. Dia tidak hanya ingin mendekati Allah dan berdoa untuk bangsanya, tetapi dia juga ingin dipakai oleh Allah sebagai saluran untuk memecahkan masalah ini.

Hal ini bukanlah merupakan suatu keputusan yang sederhana. Nehemia tidak bersikap naif. Dia tahu apa yang akan terjadi seandainya dia meninggalkan lingkungan raja dan pergi ke Yerusalem. Dia tidak hanya mengambil keputusan secara berhati-hati dan aman, namun nyawanya sendiri juga telah dipertaruhkan—dan demikianlah yang terjadi seperti apa yang akan kita lihat pada pasal-pasal selanjutnya. Tetapi Nehemia adalah orang yang mencintai Allah dan bangsanya. Dan apapun yang akan terjadi, dia berani membayar harganya.

By Gene A. Getz | Sumber: "When Your Goals Seem Out Of Reach, Take A Lesson From Nehemiah"/Dabara Publishers


0 comments:

Komentar Terbaru

Artikel Terbaru

Powered By Blogger
Cari di pendoa.blogspot.com...

About this blog

Blog ini dibuat dengan tujuan untuk membagikan berkat firman Tuhan yang diperoleh kepada saudara seiman yang membutuhkan agar dapat saling membangun sebagai satu tubuh dalam Kristus. Materi diambil dari berbagai sumber seperti buku, milis, buletin, traktat, dan berbagai media lain. Hak cipta setiap tulisan ada pada masing-masing penulis, pembuat atau penerbit seperti yang tercantum pada setiap akhir tulisan (kecuali yang tidak diketahui sumbernya). Isi blog ini bersifat non-denominasi dan tidak condong/tidak memihak kepada kelompok denominasi tertentu. Apabila di dalamnya terdapat materi/tulisan yang tidak cocok/ tidak sesuai dengan pendapat/pemahaman Anda, mohon tetaplah menghargai hal itu dan silakan memberi tanggapan secara sopan dan tidak menghakimi. God bless you...

  © 2008 Blogger template by Ourblogtemplates.com

Back to TOP