7 Racun Doa

"Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Matius 26:41)

Pada saat manusia lahir, dia telah memiliki potensi untuk berkomunikasi. Demikian juga manusia yang dilahirkan secara rohani, dia diberi kemampuan untuk berkomunikasi (berdoa) dengan Allah. Ibarat komunikasi jasmani yang terjadi secara alami dalam pertumbuhan seseorang, komunikasi rohani seharusnya pun terjadi secara alami. Namun kenyataannya, begitu banyak orang Kristen tidak berkomunikasi dengan Bapa sorgawi dengan baik.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Paling tidak ada 7 hal yang meracuni kehidupan doa kita. Pertama, kita menganggap berdoa hanya sebagai suatu kewajiban, bukan kesukaan. Bila segala sesuatu yang kita kerjakan hanya bersifat kewajiban, maka suatu saat kita akan bosan dan jenuh. Kadang berdoa bagi orang Kristen menjadi sebuah Taurat yang membebani hidupnya. Kita berdoa karena disuruh oleh hamba Tuhan, tidak enak kalau tidak datang ke persekutuan doa, dan sebagainya. Seharusnya berkomunikasi dengan Allah adalah suatu kesukaan, bukan kewajiban belaka.

Kedua, kita berpikir, “Berdoa adalah tugas rohaniwan, bukan tugas saya.” Ini adalah penyakit warisan gereja Roma Katolik sebelum Reformasi, di mana orang awam tidak diperbolehkan berdoa secara langsung kepada Allah, melainkan harus lewat rohaniwan. Namun setelah Martin Luther mengajarkan The Priesthood of The Believers (semua orang percaya adalah imam), maka semua orang percaya boleh berdoa langsung kepada Allah tanpa harus melalui rohaniwan. Berdoa bukan hanya menjadi tugas dan kebutuhan rohaniwan saja, melainkan kebutuhan setiap orang percaya. Kita yang telah didamaikan dengan Allah adalah imam bagi diri kita dan orang lain dalam bersyafaat.

Ketiga, kita berpikir bahwa, “Saya tidak bertalenta untuk berdoa.” Siapa yang mengatakan bahwa berdoa adalah talenta? Kalau kita melihat dalam Alkitab, memang ada banyak karunia atau talenta, tetapi tidak ada satu pun bagian Alkitab yang mengajarkan bahwa berdoa adalah talenta. Ini berarti kepada setiap orang percaya diberikan kemampuan untuk berdoa, masalahnya kita mau atau tidak meluangkan waktu untuk berdoa?

Keempat, sikap skeptis terhadap doa. Kita bahkan sering meragukan kuasa doa. “Apakah ini akan berhasil? Apakah ada gunanya?” Sikap skeptis inilah yang membuat banyak orang Kristen malas berdoa. Mereka lebih senang 'curhat' kepada orang lain daripada kepada Allah. Karena berdoa, maka Elia menghentikan hujan 3 tahun lamanya; karena berdoa, Daud mengalahkan Goliat, dan banyak lagi contoh lainnya tentang kuasa dari doa. Memang tidak setiap doa kita dikabulkan oleh Tuhan, sebab mungkin yang kita minta hanyalah untuk memuaskan keinginan daging kita, atau Tuhan memiliki rencana lain bagi kita.

Kelima, kita menyamakan doa dengan mantra. “Saya tidak ada masalah, mengapa harus berdoa? Pekerjaan dan keluarga saya baik-baik, untuk apa saya berdoa?” Orang yang berkata demikian secara tidak langsung menyamakan doa dengan mantra. Dia akan berdoa hanya bila ada masalah saja. Doa hanya dibutuhkan olehnya jika sedang dalam keadaan kepepet, ketika semua jalan lain sudah buntu. Alkitab tidak mengajarkan hal demikian, melainkan pada saat dalam sukacita pun kita harus berdoa.

Keenam, kita merasa tidak ada alasan untuk berdoa. Segala sesuatu yang kita anggap tidak penting pasti enggan untuk kita lakukan. Kita dapat menghabiskan waktu kita berjam-jam untuk mengurusi hal-hal yang menjadi hobi kita, nonton TV, jalan-jalan, dan sebagainya, sebab bagi kita hal tersebut penting bagi kita. Tetapi untuk berdoa, ada 1001 macam alasan kita menghindarinya. Jadikan doa sesuatu yang penting dalam hidup Anda, maka Anda akan melakukannya dengan penuh gairah.

Ketujuh, harganya terlalu mahal. Kita berani membayar harga mahal untuk makan enak di restoran terkenal, tidur di hotel mewah berbintang lima, membeli rumah dan mobil yang luks, berlibur ke luar negeri, membeli barang-barang yang menjadi hobi kita. Tapi sungguh disayangkan, banyak orang percaya yang tidak berani membayar harga untuk berdoa. Sebenarnya, harga apa yang harus kita bayar? Dengan berdoa, memang kita jadi tidak bisa melakukan hal yang lain, misalnya hobi kita, bisnis kita, dan sebagainya. Ada waktu yang harus diluangkan untuk berlutut dan berkomunikasi dengan Allah. Berdoa menuntut disiplin rohani, dan hal ini membuat kita tidak siap melakukannya. Harganya ‘terlalu mahal’ buat kita yang lebih senang tinggal dalam comfort zone (daerah nyaman) kita masing-masing.

Inilah 7 racun doa yang membuat kita malas berdoa. Kiranya Roh Kudus mengubah kehidupan doa kita menjadi lebih baik lagi.

Sumber: Perspektif (04/05)

0 comments:

Komentar Terbaru

Artikel Terbaru

Powered By Blogger
Cari di pendoa.blogspot.com...

About this blog

Blog ini dibuat dengan tujuan untuk membagikan berkat firman Tuhan yang diperoleh kepada saudara seiman yang membutuhkan agar dapat saling membangun sebagai satu tubuh dalam Kristus. Materi diambil dari berbagai sumber seperti buku, milis, buletin, traktat, dan berbagai media lain. Hak cipta setiap tulisan ada pada masing-masing penulis, pembuat atau penerbit seperti yang tercantum pada setiap akhir tulisan (kecuali yang tidak diketahui sumbernya). Isi blog ini bersifat non-denominasi dan tidak condong/tidak memihak kepada kelompok denominasi tertentu. Apabila di dalamnya terdapat materi/tulisan yang tidak cocok/ tidak sesuai dengan pendapat/pemahaman Anda, mohon tetaplah menghargai hal itu dan silakan memberi tanggapan secara sopan dan tidak menghakimi. God bless you...

  © 2008 Blogger template by Ourblogtemplates.com

Back to TOP