Doa, Jendela Hati
Ayat Bacaan: Mazmur 61:2-6
“Dengarkanlah kiranya seruanku, ya Allah, perhatikanlah doaku!” (Mazmur 61:2)
Bayangkan jika sebuah rumah tidak berjendela! Betapa pengap dan gelapnya rumah itu. Jendela, selain berfungsi untuk pencahayaan, juga berfungsi untuk pertukaran udara. Dengan adanya cahaya dan sirkulasi, rumah kita menjadi terang dan sehat. Demikian pula dengan doa-doa kita. Apabila ruangan hati kita terasa sumpek dan kalut, tidak berpengharapan, kita perlu membuka “jendela hati” kita dengan berdoa pada Tuhan. Bila “jendela hati” itu sudah terbuka, maka Tuhan akan meneranginya sehingga kita beroleh kelegaan. Inilah yang diajarkan pemazmur, supaya kita menghadap Tuhan dengan seruan doa.
Pertama, ia percaya bahwa Allah memperhatikan doanya, “Dengarkanlah kiranya seruanku, ya Allah, perhatikanlah doaku!” Allah menjadi tumpuan hatinya, tempat ia mencurahkan kesusahan hatinya. “Dari ujung bumi aku berseru kepada-Mu, karena hatiku lemah lesu” (ay. 3). Ia tidak berdaya dan tidak ada pertolongan lain, kecuali berseru kepada Tuhan Allah. Meski dari jarak jauh, Allah mampu mendengar dan memperhatikan seruan hati kita.
Kedua, ia menjadikan Allah sebagai tempat perlindungannya. Ia sadar, rasa aman hanya ia dapatkan ketika ia berada di dalam perlindungan Allah. Kekuatan manusia, senjata canggih, harta serta lingkungan tidak memberikan rasa aman padanya. “Sungguh Engkau telah menjadi tempat perlindunganku” (ay. 4). Allah ialah menara, kemenangan, dan kekuatan baginya. Doanya, “Biarlah aku berlindung dalam naungan sayap-Mu!” (5a).
Ketiga, pemazmur menjadikan kemah Allah sebagai tempat tinggalnya. Ia menarik kesimpulan bahwa tidak ada tempat tinggal yang nyaman dan aman selain dalam kemah-Nya. Rumah mewah, besar, megah, atau istana, bukanlah jaminan. Ia berdoa, “Biarlah aku menumpang di dalam kemah-Mu untuk selama-lamanya” (ay. 5b). Bukalah “jendela hati” melalui doa kepada Allah; niscaya kita akan menemukan kelegaan seperti yang pemazmur dapatkan.
Tuhanlah tempat perlindungan dan penghiburan bagi mereka yang percaya kepada-Nya.
Sumber: Perspektif (Januari 2008)
0 comments:
Post a Comment