Jadi Mengapa Tidak Minta?
…Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah… By Dr. Bruce H Wilkinson
Yabes tinggal di daerah bagian selatan Israel sesudah penaklukan tanah Kanaan dan pada masa hakim-hakim. Ia dilahirkan dari suku Yehuda dan menjadi kepala puak (suku) yang ternama. Ceritera yang sesungguhnya dimulai dengan namanya. Ibunya menamakan dia Yabes, dengan mengatakan, ‘Sebab aku telah melahirkan dia dengan kesakitan.’
Dalam bahsa Ibrani, kata ‘Yabes’ berarti ‘sakit.’ Secara literal dapat dijelaskan “Ia menyebabkan (akan menyebabkan) sakit.” Bukankah hal ini tidak kedengaran seperti suatu permulaan hidup yang menjanjikan? Semua bayi lahir menyebabkan rasa sakit yang tertentu, tetapi kelahiran Yabes melebihi kelahiran biasa, sebegitu rupa sehingga ibunya memilih untuk mengingatnya pada nama anaknya. Hanya Allah yang tahu dengan pasti apa yang menyebabkan kesakitan ibu yang menderita ini. Hal itu tidak membawa perbedaan bagi Yabes yang muda, ia tumbuh dibesarkan dengan sebuah nama yang akan dibenci oleh setiap remaja.
Sebuah nama sering diberikan sebagai harapan akan masa depan sang anak. Namun sebuah nama “sakit” tidak meramalkan hal-hal yang baik bagi masa depan Yabes. Walaupun prospeknya suram, Yabes menemukan jalan keluarnya. Ia dibesarkan mendengar tentang Allah Israel yang membebaskan nenek moyangnya dari perbudakan, menyelamatkan mereka dari musuh-musuh yang sangat berkuasa, dan mendudukkan mereka di tanah yang makmur. Sampai waktunya menjadi dewasa, Yabes percaya dan berharap dengan bersemangat pada Allah yang membuat mujizat dan permulaan yang baru. Dia berdoa dengan mengajukan permohonan, “Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah…”
Perhatikan aspek yang radikal dari permohonan Yabes meminta berkat. Ia menyerahkan seluruhnya kepada Allah untuk memutuskan berkat macam apa, di mana, kapan dan bagaimana caranya, Yabes akan menerimanya. Ketergantungan pada kebaikan maksud Allah kepada kita tidak biasa seperti Injil populer yang mengatakan kepada Anda supaya minta mobil Cadillac, penghasilan yang tinggi, atau beberapa tanda-tanda materi lain. Ketika kita mencari berkat Allah sebagai nilai yang utama dalam kehidupan, kita sedang melemparkan seantero kehidupan diri kita ke dalam sungai kehendak dan kuasa dan maksud-maksud-Nya bagi kita. Segala keperluan kita yang lain menjadi hal kedua dibandingkan dengan keperluan kita yang sebenarnya kita perlukan—yaitu menjadikan keseluruhannya tenggelam dalam apa yang Allah ingin coba lakukan di dalam kita, melalui kita dan di sekitar kita, untuk kemuliaan-Nya.
“Mintalah…,” janji Yesus. “…maka akan diberikan kepadamu” (Mat. 7:7). “Kamu tidak memperoleh apa-apa karena kamu tidak berdoa” (Yak. 4:2). Walaupun kebaikan Allah tidak terbatas, jika Anda tidak minta berkat untuk hari kemarin, Anda tidak akan pernah menerima segala sesuatu yang seharusnya Anda miliki. Jika Anda tidak minta berkat-berkat-Nya, Anda akan kehilangan. Berkat-berkat itu akan datang pada Anda hanya kalau Anda meminta-Nya. Hal yang sama juga terjadi bahwa seorang ayah akan dihormati jika mempunyai seorang anak yang minta berkatnya, Bapa kita sangat senang menanggapi dengan murah hati ketika berkat-berkat-Nya menjadi hal yang paling kita inginkan.
Sifat dasar Allah yang sangat dalam adalah memiliki kebaikan yang begitu berlimpah yang mengalir memenuhi kehidupan kita yang sebenarnya tidak layak. Jika Anda berpikir mengenai allah lain dengan pikiran ini, saya minta Anda mengubah cara berpikir Anda. Mengapa tidak membuat komitmen seumur hidup untuk minta Allah supaya memberkati Anda setiap hari? Kelimpahan Allah hanya dibatasi oleh kita sendiri, bukan dibatasi oleh sumber-sumber, kuasa atau keinginan-Nya untuk memberi. Yabes diberkati benar-benar hanyalah karena ia menolak adanya hambatan, orang, atau pendapat yang mengancam melebihi dari pada sifat dasar Allah. Dan sifat dasar Allah adalah memberkati. Melalui cara yang sederhana yaitu doa yang diyakini, Anda dapat mengubah masa depan Anda.
Sumber: The Prayer of Jabez/Multnomah Publishers Sisters, Oregon
0 comments:
Post a Comment