Prajurit Doa dan Teladan Iman
George Muller (1805–1898)
Kehidupan George Muller diawali di Kroppenstaedt, Prussia (sekarang Jerman) pada 27 September 1805. Di masa mudanya, ia hidup dengan tidak mengenal Tuhan dan baru setelah berusia 21 tahun, ia bertobat dalam suatu persekutuan doa yang diadakan di rumah seorang pedagang kristen. Hidupnya kemudian diubahkan, George membaca Alkitab dengan lebih bersemangat daripada buku-buku klasik. Ia sering berdoa serta ke gereja, dan ditahun berikutnya ia memutuskan untuk menjadi seorang penginjil.
Tahun 1829 George pergi ke Inggris dengan hasrat menjadi misionaris bagi orang-orang Yahudi, namun keinginannya kandas, dan Allah membuka pintu lain. George tinggal di Devon Selatan dan berkhotbah di mana saja ia mendapat kesempatan hingga datang tawaran untuk menjadi pendeta tetap di Gereja Ebenezer. Allah terus memimpin George ke dalam satu tingkat iman yang lebih dalam untuk mempercayai bahwa Allah akan memenuhi segala keperluannya. Setelah ia menikahi Mary Groves, tak lama kemudian mereka bersepakat untuk tidak lagi menerima gaji tetap dari gereja dan Allah menunjukkan kepada mereka kesetiaan janji-Nya.
“Sepanjang tiga tahun terakhir, saya tidak pernah meminta apapun dari seseorang; tetapi dengan pertolongan Tuhan saya telah dimampukan untuk memberitahukan segala keinginan saya kepada-Nya dan Dia dengan murah hati selalu mencukupi segala keperluan kami,” pengakuan Muller.
Dari Devon, Muller kemudian pindah ke Bristol di mana Allah kemudian menanamkan sebuah benih di hatinya untuk melayani anak-anak yatim piatu. Pada tahun 1835, di Eropa terdapat banyak sekali anak yatim piatu, dan panti asuhan yang ada hampir-hampir tidak dapat menampung mereka semua. Muller pun mulai memikirkan untuk mendirikan sebuah rumah yatim piatu.
George Muller memulai pekerjaannya tanpa berbekal apa-apa kecuali iman kepada Allah. Ia tidak pernah meminta sedekah dari orang lain dan menolak untuk memperoleh gaji tetap. Selama hidupnya, ia telah mengelola uang sebanyak $8 juta, suatu jumlah yang besar sekali untuk ukuran waktu tahun 1800-an. Mulai dari nol, dalam sekejab ia berhasil mengelola lima panti asuhan. Pada tahun 1870, dua ribu anak yatim piatu berada dalam pengawasannya. Muller tidak pernah berhutang namun setiap hari mengandalkan Allah untuk memenuhi kebutuhannya dan juga kebutuhan panti asuhan. Dengan menganggap dirinya sebagai pengelola uang Allah, George mencoba hidup sesuai dengan ayat: “Berilah dan kamu akan diberi...” (Luk. 6:38). Bagi George, memberi adalah inti dari kehidupan kristen. Berikanlah dirimu dengan penuh kepasrahan kepada Allah, dan berikanlah dari apa yang Allah berikan, maka Dia akan membalasnya dengan pemberian yang murah hati.
Allah tidak pernah menelantarkan mereka. Muller tidak hanya mempercayai Allah yang akan mencukupi dan menyediakan dana yang dibutuhkan. Ia juga mendoakan dan percaya bahwa Allah akan memberikan staf-staf yang baik, anak-anak yang datang, dan untuk pengelolaan panti asuhan itu, serta pendidikan rohani anak-anak itu.
Pada tahun 1880, selain panti asuhan, organisasi George Muller bertanggung jawab atas 72 sekolah yang memiliki 7.000 siswa di Inggris, Italia, Spanyol dan Amerika Selatan. Organisasinya membagikan lebih dari 100.000 traktat dan Alkitab dalam seminggu. Melalui rencana visionari di Inggris dan negara-negara lain, puluhan ribu orang menjadi pengikut Kristus.
Dalam buku yang sangat mengharukan, yaitu “The Path of Prayer”, Samuel Chadwick menulis suatu kejadian tentang kunjungan Dr. A.T. Pierson kepada Muller di Panti Asuhan anak-anak yatim piatu itu. Ia berkata, “Pada suatu malam, ketika semua petugas Panti Asuhan itu sudah tidur, George Muller mengajak Pierson berdoa bersama-sama dengan dia. Ia menceritakan kepada Pierson bahwa persediaan makanan sudah habis sama sekali dan tidak ada lagi makanan untuk dimakan keesokan harinya. Pierson mencoba menjelaskan dan mengingatkan dia bahwa semua toko telah tutup. Muller tahu semua itu. Akan tetapi, ia berdoa saja sebagaimana biasanya, dengan mengemukakan semua keperluannya kepada Tuhan. Akhirnya, keduanya berdoa bersama-sama — George Muller berdoa, sedangkan Pierson mencoba berdoa. Sesudah itu mereka tidur, dan keesokan harinya ... makanan pagi untuk 2.000 anak yatim piatu telah tersedia dengan limpahnya seperti biasa. Baik Muller maupun Pierson, kedua-duanya tidak tahu dari mana dan bagaimana makanan itu datang. Bagaimana makanan itu datang, diceritakan oleh Simon Short dari Bristol pada keesokan harinya, dengan perjanjian agar dirahasiakan sampai si pemberinya meninggal dunia. Peristiwa ini memang sangat mengharukan, dan yang lebih mengherankan lagi dari segalanya ialah bahwa Tuhan telah menggerakkan hati orang itu pada tengah malam ketika ia sedang tidur dan menyuruh dia mengirimkan makanan pagi ke panti asuhan yang dibina Muller itu, padahal ia sendiri tidak tahu-menahu tentang kedua orang yang sedang berdoa itu. Dengan demikian, ia telah mengirim makanan yang cukup untuk menolong mereka selama satu bulan.”
Seluruh dunia, ratusan ribu orang telah mengamati pekerjaan George Muller, dan banyak dari mereka telah dikuatkan imannya untuk melakukan perkara-perkara yang lebih besar dalam nama Allah yang hidup karena George telah menunjukkan kepada mereka bahwa Allah itu sanggup. Hasrat tertingginya adalah agar Allah dihormati dan jiwa-jiwa dibawa masuk ke dalam Kerajaan Allah, Ketika dia yakin bahwa Allah mengizinkan langkah yang baru, dia memutuskan untuk langsung bergerak maju.
“Mungkin akan ada banyak kesulitan besar,” tulis George, “ribuan dan puluhan ribu doa mungkin harus dipanjatkan kepada Allah sebelum jawaban penuhnya diterima. Mungkin dibutuhkan latihan iman dan kesabaran; tapi pada akhirnya akan kembali terlihat bahwa hamba-Nya, yang percaya kepada-Nya, tidak dipermalukan.”
Menjelang akhir hidupnya, dia berkata bahwa dia telah membaca Alkitab kira-kira 200 kali, 100 kali dengan posisi berlutut! George menemukan janji-janji Allah dalam Alkitab dan mengalami kebenaran janji-janji itu dalam hidupnya sehari-hari. Di masa hidupnya, dia memperkirakan Tuhan telah menjawab lebih dari 50.000 doanya, ribuan di antaranya dijawab di hari dia memohonkannya dan seringkali sebelum dia bangkit dari berlutut.
Suatu hari, Muller ditemukan telah meninggal dunia berbaring di lantai kamarnya. Pada hari pemakamannya, banyak orang, termasuk lebih dari seribu anak, menghadirinya. Jasad Muller dikuburkan di samping kuburan istrinya yang terletak di sebuah bukit di bawah bayang-bayang sebatang pohon. Peti matinya diukir dengan kata-kata sederhana; “George Muller, tertidur 10 Maret 1998, diusia yang ke-93.”
Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber
0 comments:
Post a Comment